07
Oct 2022
Emisi karbon telah menjadi salah satu penyebab perubahan iklim dunia. proses ini berdampak besar pada lingkungan hidup, kesehatan, hingga menciptakan ketidakstabilan ekonomi.
Pangan merupakan salah satu unsur penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Setiap aksi yang dilakukan menyangkut pangan ini berawal dari peran tiap individu yang turut berkontribusi terhadap perubahan iklim. Mulai dari memilih bahan pangan, kita bisa membantu mengurangi jejak karbon yang memicu pemanasan global.
Climate smart eating merupakan istilah yang digunakan untuk menahan laju perubahan iklim yang dimulai dari dapur dan meja makan. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan di rumah sebagai berikut.
Baca Juga: Alasan Jakarta Membutuhkan Lebih Banyak Ruang Terbuka Hijau
sumber: SHUTTERSTOCK/Ariyani Tedjo
Conscious eating adalah makan secara sadar, yaitu kita memerhatikan jenis, jumlah, emosi, dan apapun yang ada kaitannya antara diri kita dengan makanan. Cara ini bisa membuat diri kita terlatih untuk makan dan belanja secukupnya sehingga bisa meminimalisir sisa makanan yang nantinya terbuang. Tak hanya itu, metode ini bisa membantumu menjaga pola makan, loh!
Sumber: ANTARA/Izaac Mulyawan
Produk impor yang sering kita temui harus melalui proses distribusi yang sangat panjang untuk bisa sampai ke tangan konsumen. Bila kita bandingkan, akan lebih cepat dan efisien jika membelinya dari petani lokal.
Kamu bisa belanja bahan pokok di pasar dekat rumahmu. Tak hanya mengurangi jejak karbon, membeli produk dari pedagang lokal bisa sekaligus membantu perekonomian sekitarmu.
Sumber: ANTARA FOTO/Moch Asim
Ada beberapa bahan pangan seperti buah dan sayur yang dipanen melimpah pada waktu tertentu. Hal ini berpotensi terbuang akibat tidak laku, rusak, atau busuk karena supply yang berlebih dari biasanya.
Pada faktanya, menurut Waste4change, di tahun 2019, sampah makanan di Indonesia mencapai 184 kg per orang per tahun. Kamu bisa menekan jumlah tersebut dengan mengkonsumsi buah dan sayur saat musimnya. Pada saat musimnya, buah akan terasa lebih nikmat dan murah sehingga bisa membuatmu berhemat dan tetap bisa memenuhi nutrisi.
sumber: Environment Working Group
Tanpa disadari, konsumsi daging turut memicu peningkatan emisi karbon. Menurut penelitian, ada sekitar 14,5% emisi yang dihasilkan gas rumah kaca dunia berasal dari industri pangan daging. Penghasil emisi karbon terbesar adalah daging sapi dan domba, yang kemudian diikuti oleh ayam.
Pada daging sapi, 90% emisi karbon dihasilkan saat proses produksi, mulai penyediaan pakan ternak hingga kotoran hewan yang dihasilkan.
sumber: SHUTTERSTOCK/ULD Media
Kegiatan berkebun adalah salah satu hobi yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi bahan pangan sendiri. Selain itu, ini bisa menjadi cara yang paling hemat, ramah lingkungan,dan aman. Bahan makanan yang diperoleh dari kebun sendiri lebih sehat, bebas pestisida, dan lebih dekat dengan kita. Kapan saja kamu ingin masak, bisa mengambil bahannya dari kebunmu.
Sumber: iStock
Menurut riset Princeton University, gas metana memiliki pengaruh dan kontribusi sebesar 30 kali lebih tinggi dibanding gas karbon dioksida (CO2) terhadap efek rumah kaca dan pemanasan global. Penguraian sisa bahan organik tanpa adanya oksigen (O2) akan menghasilkan campuran gas metana (CH4) dan gas CO2.
Kamu bisa membuat kompos dari sisa bahan pangan organik yang tidak terpakai, seperti cangkang telur, kulit buah, atau bagian sayur tak terpakai. Kompos yang dihasilkan bisa kamu manfaatkan untuk menambah nutrisi tanaman di kebunmu.
Baca Juga: Cara Mudah Sewa Sepeda Listrik di Vrent
Setelah tahu tips-tips tersebut, kamu bisa semakin bijak dalam memilih dan mengolah panganmu, nih. Yuk, bantu kurangi emisi karbon dengan mengubah kebiasaan makananmu mulai sekarang.