15
Aug 2022Sumber: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Menurunnya kualitas udara Jakarta sangat dirasakan masyarakat setiap harinya. Dampak nyata ini terlihat dari jarak pandang yang terbatas oleh polusi udara, terutama di jam-jam tertentu, seperti saat terjadi kemacetan yang memperparah kualitas udara.
Berdasarkan catatan IQAir, indeks kualitas udara Jakarta saat ini sudah di tahap moderate hingga unhealthy. Jika dilihat dari sejarah catatan ranking dunia, DKI Jakarta masuk setidaknya 20 besar ibu kota negara yang indeks kualitas udaranya buruk. Bahkan, IQAir pernah mencatat kualitas udara Jakarta sebagai yang terburuk kedua di dunia di angka 173 atau unhealthy setelah Dubai di angka 174.
Kategori unhealthy menurut IQAir di rentang 151-200, sedangkan unhealthy for sensitive groups di 101-150. Misal di Gelora Bung Karno, tingkat polusi udaranya sudah memasuki kategori unhealthy for sensitive groups.
Baca juga: Alasan Jakarta Membutuhkan Lebih Banyak Ruang Terbuka Hijau
Ibu kota Jakarta dianggap sebagai permata bagi para pencari kerja dan hiburan. Masyarakat yang beraktivitas di Jakarta tidak hanya yang tinggal di situ saja, warga di kota-kota penyangganya pun turut mencari pundi-pundi di ibu kota Indonesia tersebut. Tak ayal, Jakarta memang memiliki magnet besar bagi pergerakan perekonomian, baik warganya maupun pendatang.
Di balik gemerlapnya Jakarta dengan segudang kemewahannya, polusi udara justru semakin menjadi momok bagi warganya. Ada beberapa penyebab polusi udara di Jakarta begitu parah.
Pertama, aktivitas harian di Jakarta yang sangat padat dikarenakan masyarakat di kota-kota penyangga, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi masuk ke ibu kota setiap harinya.
Kepadatan ibu kota juga diiringi dengan kendaraan-kendaraan pribadi yang masuk-keluar setiap harinya. Hal ini menyebabkan asap knalpot kendaraan yang tidak terkendali.
Aktivitas konstruksi juga dianggap sebagai salah satu penyebabnya. Jakarta saat ini sedang berbenah menjadi kota metropolitan yang semakin ramah bagi warganya. Pembangunan transportasi massal dan pelebaran dikebut demi terwujudnya Jakarta bebas kemacetan dan polusi udara.
Selain itu, permasalahan sampah masih menjadi momok bagi warga Jakarta. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, membuat jumlah sampah harian turut tinggi hingga tak terkendali. Terlebih, masih banyak warga yang rutin membakar sampah dan memperparah polusi udara.
Faktor cuaca juga memengaruhi Lonjakan partikel udara dikarenakan tingginya kelembaban udara. Hal ini menyebabkan proses perubahan wujud gas saat polutan primer bertemu dengan atmosfer yang lebih dikenal dengan istilah secondary air pollutants.
Baca juga: Bantu Pengurangan Emisi Karbon, Vrent Hadirkan Kendaraan Ramah Lingkungan
Polusi udara jika dihirup terus-menerus akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Penyakit yang umum dialami oleh orang yang terdampak polusi udara adalah asma, Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), jantung koroner, pneumonia, hingga penyakit paru akut. Tentu, risiko kematian dini juga mengintai warga Jakarta.
Pemerintah DKI Jakarta harus segera bertindak secara efektif dan efisien guna meminimalisir polusi udara yang saat ini sudah parah. Dengan program yang tepat dan cepat akan menjadi langkah nyata pengendalian sumber pencemar udara demi melindungi kelompok rentan saat ini dan di masa mendatang.
Mar 06, 2024
Dec 16, 2023